My Blog List

Tuesday 19 June 2012

Matinya imajinasi anak-anak



Hari ini saya sedang tidak mood menulis dengan bahasa inggris, selain kelamaan mikir juga keburu ilang idenya, hehe.

Mengapa hari ini saya tiba-tiba concern dengan anak-anak? Hal ini karena saya merasa (sebagai orang yang pernah menjadi anak-anak) anak-anak zaman sekarang kehilangan minat untuk menciptakan ide-ide dengan imajinasinya. 

Anak-anak zaman sekarang bahkan dalam usia yang masih amat sangat muda sudah dihadapkan pada kehidupan nyata orang-orang dewasa yang mengerikan, seperti bekerja mengamen dan mengemis. 

Mungkin anggapan bahwa anak zaman sekarang terlalu cepat dewasa sudah basi, tapi saya akan mengatakaannya lagi: 'Anak-anak zaman sekarang terlalu cepat dewasa'.

Yap, meskipun saya tidak suka anak kecil, karena tangisannya yang memekakkan telinga, dan kalau saya tersenyum justru akan memperburuk keadaan. Tapi mau bagaimana lagi anak-anak adalah tonggak maju dan berkembangnya sebuah bangsa, bibit yang unggul yang dirawat dengan baik selalu lebih baik dibanding bibit yang biasa saja dan dirawat dengan baik. Ibarat bidak catur, kuda adalah pemuda bangsa ini sedangkan anak-anak adalah rajanya, keberadaan yang seharusnya paling dilindungi dari suatu bangsa. 

Mengapa? karena saya rasa hanya anak-anak dan orang-orang yang tidak meninggalkan jiwa dan impian anak-anaknya yang berani untuk menyuarakan apa yang di kepalanya, meskipun orang-orang dewasa di sekitar akan berpikir itu mustahil akibat pencemaran dari lingkungan hidupnya yang mulai rumit dan penuh pertimbangan. Saya tidak mengejek orang-orang dewasa yang hidup seperti itu mengingat itu merupakan pilihan mereka sendiri atau mereka terjebak di dalamnya. Who knows?

Intinya, anak-anak tidak peduli apa yang diocehkannya itu nyata atau tidak, benar-atau salah, yang penting ia merasa begitu. Mungkin bagi, orang-orang dewasa yang melihat tulisan ini, menganggap saya gila atau saya tipikal obnoxius yang mencari-cari perhatian dan tidak bisa dewasa. Seratus, buat Anda yang berpikiran seperti itu, saya akui saya memang begitu, umur saya beranjak tanpa beranjak pula kedewasaan sikapnya. Cukup. Tapi paling tidak di pikiran saya masih terus menggelora impian masa kecil saya, desainer, hehe. Silahkan cibir saya, nggak papa, saya menerima orang-orang yang narsis dengan bibirnya sebagai teman saya :p.

Oke balik lagi, mungkin impian untuk menumbuhkan imajinasi anak-anak Indonesia terlalu berlebihan dan terlalu mulia buat saya, rasanya saya tidak pantas melakukan 'proyek mulia' tersebut, mengingat nilai-nilai mulia di diri saya sudah lama luntur sejak saya terakhir kali menggenggam buku PPkn, kapan itu ya?Mungkin sekitar 7-12 tahun lalu, hehe.

Okelah, kalau seandainya, seandainya loooh, dengan terpenuhinya, 3 syarat dibawah ini:
1. Dana tersedia 
2. Banyak yang mendukung
3. Munculnya keberanian saya
Meskipun syarat yang ketiga saya ragu dapat terpenuhi, karena itu datangnya dalam diri. Okeh, silahkan semprot saya dengan kata-kata pengecut, silahkan Anda gunakan toa dan katakan berulang-ulang di telinga saya, bahkan kalau perlu sampai menggema, maka Anda seharusnya juga mempersilahkan saya meng-gebok Anda dengan pantat wajan karena mengganggu tidur siang saya.

Oke cukup, lanjutan dari angan-angan di atas, maka ada beberapa hal yang akan saya lakukan:
1. Saya akan membangun taman bermain, 
alasan: anak-anak zaman sekarang terlalu sibuk dengan mall, playstation, dan internet. Taman bermain memicu perkembangan imajinasi anak-anak. Saya jadi teringat waktu tk dulu saya biasa menganggap pohon kamboja di tk adalah kerajaan. Apa hanya saya anak seumur itu yang beranggapan begitu atau yang lainnya juga sama? Mungkin ada yang pernah beranggapan itu gerbang mistis ke tempat kerajaan kunti, yutul dan gendo, atau kerajaan belukar atau apa misalnya.
 2. Nanti dulu. Jelas dong, kan kita nggak tau dana yang tersedia untuk acara amal ini berapa, rasanya di zaman-zaman sekarang orang-orang konglomerat ini ogah ngerogoh kocek untuk amal yang modelnya kayak gini, ngga ada publisitas, peminat: anak-anak. Well, ngga ada amal yang lebih buruk dari ini tanpa publisitas, tanpa ada wujud investasi dan tanpa pangsa pasar tentunya. Hell, no.

Wah, ngga terasa saya sudah menulis sebanyak ini ya? Kalau ini saya katakan secara lantang di publik maka saya akan menerima beberapa cibiran, segentong sindiran bernada sinis, dan diakhiri dengan lambaian tangan bernada: 'omong kosong'. Saya juga tahu alasannya kenapa saya akan menerima reaksi begitu, karena tulisan saya bernada negatif, . . . .tif . . .tif . . tif.




Saturday 13 August 2011

Tavi Gevinson created the phenomenal blog Style Rookie, which she founded on March 31st 2008, at 11 years old. 
At first, the fashion world suspected Tavi Gevinson's blog of being fake, due its professional nature, magazine analysis, style recreations and high level of content. Since then Tavi Gevinson has become a sensation within the fashion industry, spending time at New York Fashion Week, as cover girl for Pop magazine and wearing custom made clothing by Rodarte.Tavi Gevinson was first contacted by the Rodarte sisters, Kate and Laura Mulleavy, who read her blog and "immediately emailed her". The Rodarte sisters then sent Tavi Gevinson a pair of hand-knit tights from their Fall 2008 show. Rodarte were quoted as saying that Tavi Gevinson "defines the Rodarte for Target collection. Tavi Gevinson blogged and reported for Rodarte during their Fall 2008 show. 
Tavi then attended Tokyo Fashion Week as the guest of honour at Commes des Garçons show. Gevinson also attended the Museum of Contemporary Art's 25th gala in LA, she wore a borrowed Rodarte dress and sweater that were apparently so expensive as to be out of reach to the designer's usual customers. 
Tavi also featured in Katie Grand's Love magazine, in an interview by Pixie Geldof
Tavi Gevinson attended New York Fashion Week in September 2009, as a fashion correspondent for Dasha Zhukova's POP magazine. Tavi was chaperoned during fashion week by her father. While at New York Fashion Week, Tavi attended Marc Jacobs, Alexander Wang and Y-3.Tavi Gevinson notoriously attended Paris Fashion Week and received negativity due to wearing a large bow while seated in the front row of the Christian Dior couture show. The bow designed by Stephen Jones caused some discomfort for editor of Grazia magazine and Jeanne Beker, who were displeased to have watched the couture show through the bow.
This was not the first time that Tavi Gevinson has received criticism, editor of Elle magazine Anne Slowey has questioned the authenticity of her blog and whether or not she is responsible for its content. 
Tavi Gevinson's blog has attracted approximately four million readers as of September 2009, with over 1.5 million monthly readers. Tavi Gevinson's parents were not aware of her blog, The Style Rookie until Gevinson asked for permission to appear in an article for the New York Times magazine. Tavi's father, Steve Gevinson, an english teacher, replied that he "may have known, but to me it was a kind of a non-thing to know". Tavi's mother is an artist. 
Tavi Gevinson has recently collaborated on a new project, a zine called First Kiss, a collection of first kiss stories. London based Borders and Frontiers partnered with Tavi to design and sell her own t-shirt.
Tavi Gevinson's blog was blocked by blogger on April 26th 2010. The site displayed a message "This blog is under review due to possible Blogger Terms of Service violations and is open to authors only." Tavi Gevinson was first unaware of the reason for the blogger violation. She later confirmed via her twitter account, that a photo she had posted of Yohji Yammamoto
Tavi Gevinson will speak at Generation Next Forum discussing the unpredictability of Generation Y. 
Tavi announced on her blog that she was set to launch a magazine with Jane Pratt of Sassy magazine.
 Here it is, her artwork:




















Monday 11 July 2011

Ruven Afanador






 Born in Bogota, Colombia 1959
Ruven Afanador is considered one of the leading photographers working in celebrity and fashion photography.
His work appears in most major fashion magazines in the world as well as in The New Yorker.  His commercial clients include Arista, Cacharel, Christian Dior, Elektra et al.  In the fall of 2001, a decade after his work first began attracting widespread attention, he published his first book, Torero.  Within a year Torero sold out and became a collector’s item within the fashion world.  Sombra, a collection of male nudes inspired by still life tableaus, was published by Merrell in 2004.   
Here is, his artwork: